Penghormatan
1. Orang Tua
2. Guru
3. Forkompimda Pamekasan
4. Rois Syuriah PCNU Pamekasan beserta jajaran
5. Ketua Tanfidziyah PCNU Pamekasan beserta jajaran
6. Banom NU beserta jajaran
7. Para Kiai, Guru Ngaji, Santri
8. Para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan,
tokoh pemuda
9.
Kawan-kawan jurnalis serta hadirin yang berbahagia.
10.
Rakyat
Pamekasan
Alhamdulillah, dst.
Sholatullah,, dst.
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Sebagaimana
kita mafhumi bersama, bahwa, baru setelah
70 tahun (22 Oktober 1945-22 Oktober 2015), salah satu peristiwa paling heroik
di negeri ini, yakni resolusi jihad yang digelorakan Hadratussyekh KH. Hasyim
Asyari mulai mendapatkan apresiasi dan pengakuan positif dari pemerintah.
Indikasinya, Presiden Jokowi sudah
mengeluarkan statement bahwa Pemerintah Republik Indonesia akan menetapkan
tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Tentu saja sinyalemen positif
tersebut harus kita syukuri sebagai berkah sejarah.
Sebab, melampaui segala ekspektasi politis,
pengakuan resmi pemerintah terhadap resolusi jihad 22 Oktober 1945 adalah kunci
penting untuk membuka tabir sejarah pergerakan yang selama ini cenderung bias
terhadap kalangan pesantren.
Sudah menjadi rahasia umum, tafsir sejarah
Indonesia modern relatif alergi dan diskriminatif terhadap sepak terjang kyai
dan santri dalam setiap jengkal perjuangan kebangkitan bangsa Nusantara
menghadapi kolonialisme.
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Secara mendasar posisi tafsir sejarah yang
cenderung bias tersebut dikarenakan puzzle
historiografi perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia selama ini hanya fokus
memotret elite capture: semacam sudut
pandang elit(is) dalam merekonstruksi peristiwa sejarah, terutama sejarah
perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Elite
capture itu, misalnya, terepresentasi dalam narasi sejarah yang cenderung
menganggap kemerdekaan Indonesia terengkuh hanya karena semata-mata peran besar
Soekarno-Hatta. Tokoh-tokoh lainnya hanya dianggap “penggembira”, yang tidak
disinggung sama sekali. Kalaupun disebut pahlawan, nama-nama “figuran” itu
hanya menjadi penghias tanpa dijelaskan secara proporsional dalam buku-buku
sejarah yang diajarkan di sekolah tentang bagaimana peran mereka selama masa
perjuangan kemerdekaan.
Misalnya karya RE Elson, “The Idea of Indonesia” dan hasil riset Adrian Vickers dalam “A
History of Modern Indonesia”, -dua buku yang sering dijadikan rujukan
pemerhati sejarah Indonesia— hanya
mencatat gagasan nasionalisme dan ide pembentukan Indonesia semata-mata hanya
dari golongan terpelajar hasil didikan Belanda. Sementara peran golongan rakyat
di perdesaan maupun pinggiran kota nyaris tidak terdengar.
Padahal, dalam interpretasi sejarawan yang
tidak terkena virus “elite capture”,
peran kyai dan santri (baca; pesantren) dalam era kebangkitan nasional maupun
revolusi kemerdekaan, sungguh sangat besar.
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Catatan sejarah membuktikan. Pada tahun 1512,
ketika embrio NKRI masih bernama Kerajaan Demak, Pati Unus yang merupakan
santri didikan Wali Songo dengan gagah berani memimpin 10.000 pasukan dalam 100
kapal untuk menyerbu Portugis di Malaka. Tujuannya sederhana, agar Portugis
tidak lebih jauh masuk ke Nusantara dan mengancam kedaulatan. Kemudian, pada
tahun 1852, Pangeran Diponegoro yang merupakan santri dan ahli tarekat dari
padepokan Tegalrejo, Yogyakarta mengobarkan perang Jawa (Java Oorlog) hingga membuat Belanda mengalami kerugian 20 juta
gulden dan nyaris bangkrut. Kemudian ketika hasil politik etis menjadikan para elite pribumi memimpikan berdirinya
negara Indonesia, para ulama dan kiai NU pada Muktamar NU tahun 1925 di
Banjarmasin telah membulatkan tekad untuk memperjuangkan lahirnya Republik
Indonesia sebagai Darussalam (negara
kesejahteraan), bukan Darul Islam
(negara Islam): sebuah gagasan progresif ketika belum banyak orang berpikir
tentang konsep dasar negara Indonesia. Kemudian di era revolusi kemerdekaan, Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari
mengeluarkan fatwa progresif tentang resolusi jihad pada 22 Oktober 1945: suatu
seruan yang membangkitkan spirit para
santri di Jawa Timur untuk mengusir penjajah pada perang 10 November 1945.
Tidak berhenti sampai di situ. Ketika era
perang senjata (perang konvensional) sudah berakhir dan berganti rupa menjadi
perang dingin (non-konvensional), Kiai Ahmad Shiddiq Jember melakukan ijtihad
intelektual yang brilian sehingga menghasilkan rumusan pemikiran yang
menjadikan prinsip-prinsip tauhid dan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah kompatibel dengan Pancasila. Sebuah
landasan epistemologis yang membuat NU secara sukarela menjadikan Pancasila
sebagai asas NU jauh sebelum Soeharto secara represif memaksakan Pancasila
sebagai asas tunggal di Indonesia. Tujuan Kiai Ahmad Shiddiq cukup sederhana,
yakni bagaimana agar NKRI agar tetap utuh dan berdaulat.
Deskripsi historis di atas menjadi bukti bahwa
para Wali, Kiai dan santri-santrinya sudah berkomitmen sejak dahulu untuk
mempertahankan tanah air warisan Majapahit, Demak, Pajang, Mataram Islam,
hingga bertransformasi menjadi NKRI ini tetap merdeka, berdikari dan memiliki
kedaulatan. Dengan demikian, nyaris tidak ada satu pun momen sejarah perjuangan
di republik ini yang luput dari kontribusi pesantren. Termasuk, momentum
pertempuran 10 November 1945 yang diawali dengan berbagai rangkaian peristiwa
yang berlangsung sejak 22 Oktober 1945.
Oleh karena itu, jika pemerintah mengakui
peristiwa 10 November 1945 sebagai momentum penting dalam sejarah Republik
Indonesia, maka sudah menjadi keniscayaan pemerintah juga harus mengakui
peristiwa resolusi jihad 22 Oktober 1945 sebagai bagian tak terpisahkan dari
pertempuran di Hari Pahlawan (10 November 1945).
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Penetapan
peristiwa resolusi jihad sebagai hari santri nasional, tidak akan memberikan
arti apa-apa bagi santri, apabila kita, para santri, tidak melakukan apa-apa,
hanya puas dengan penetapan hari santri sebagai hari nasional oleh pemerintahan
Presiden Joko Widodo.
Oleh
karena itu, tugas santri kedepan adalah melakukan rekonstruksi kebangkitan pesantren. Artinya, tidak cukup
bagi pemerintah untuk berhenti hanya sampai pada pengakuan secara seremonial.
Namun harus terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan secara substansial.
Salah satu contohnya adalah upaya sistematis yang dilakukan pemerintah untuk
melakukan rekonstruksi sejarah perjuangan pesantren dalam era kebangkitan nasional
dan revolusi kemerdekaan.
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Secara pelan tapi pasti, kita
harus melakukan afirmasi kultur dan sistem
pendidikan ala pesantren salaf ke dalam sistem pendidikan nasional. Sebab
selama ini sistem pendidikan nasional sudah terkanonisasi (tersetting) untuk condong pada sistem pendidikan sekuler barat yang
cenderung empiris dan kuantitatif, sehingga susah menerima model alternatif
pendidikan ala pesantren yang relatif lebih ekletik, fleksibel terhadap
berbagai kemungkinan percampuran paradigma.
Hal
ini amat sangat penting agar posisi pesantren bisa berdiri tegak sebagai subjek
di tanah air sendiri (fa’il), bukan
terus menerus (di)posisi(kan) menjadi objek yang inferior; subordinat (maf’ul).
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Hal lainnya adalah, tugas kita
semua, untuk mendidik dan melahirkan santri Milenial.
Harus
kita akui bersama, bahwa, saat ini, dunia banyak digerakkan oleh tekhnologi
digital, semua kini serba digital dan online,
tak heran generasi millennial juga
menghabiskan hidupnya hampir senantiasa online
24/7.
Menurut
riset Social Lab, 58 persen generasi millennial
lebih rela kehilangan indra penciuman, dari pada akses terhadap teknologi.
Generasi ini melihat dunia tidak secara langsung, namun dengan cara yang
berbeda, yaitu dengan berselancar di dunia maya, sehingga mereka
jadi tahu segalanya. Mulai dari berkomunikasi, berbelanja,
mendapatkan informasi dan kegiatan lainnya, generasi millennial adalah generasi
yang sangat modern, lebih daripada orang tua mereka, sehingga tak jarang
merekalah yang mengajarkan teknologi pada kalangan orang tua.
Generasi millenial
adalah generasi yang sangat melek teknologi, bahkan sangat tergantung dengan
teknologi (terutama teknologi informasi dalam wujud smartphone dan jaringan
internet tinggi) untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian,
maka Generasi
SANTRI MILLENIAL yang saat ini banyak terlibat dalam pertarungan informasi di
internet juga rawan terombang-ambing dalam arus besar informasi di internet
yang nyaris tanpa batas dan tanpa filter tersebut.
Santri millenial
adalah santri yang
sangat melek teknologi, bahkan menjadikan
tekhnologi (terutama teknologi informasi dalam wujud smartphone dan
jaringan internet tinggi) sebagai
media, sarana dalam kegiatan belajar, berdakwah maupun untuk
berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari.
Ancaman bagi santri milenial
adalah, mereka sangat rawan terpapar oleh efek negatif dari
internet. Misalnya pornografi online, kriminalitas online dan juga penyebaran
berita fitnah lewat internet atau yang akhir-akhir ini akrab dikenal dengan
istilah HOAX.
Sebab
karakter internet selalu bermata ganda: BAIK dan BURUK hadir sekaligus.
Kecepatan internet memudahkan kita untuk menyebarkan dakwah maupun pesan-pesan
positif. Namun di sisi lain, kemudahan internet juga dapat menghadirkan kemudharatan yang berdampak fatal,
misalnya: pornografi, penyebaran fitnah (HOAX) dan penyebarluasan
gagasan-gagasan radikalisme agama (ISIS, terorisme, menentang Pancasila,
menghina Ulama maupun ide-ide tentang Khilafah Islam).
Saat
ini, banyak sekali beredar situs-situs internet yang dikelola oleh
kelompok-kelompok radikal yang coba “mencuci otak” generasi millenial dengan
ajakan-ajakan untuk bersikap radikal, fundamentalis. Dan hal ini sangat
berbahaya karena kiprah kaum radikal di sosial media (sosmed) sangat
terstruktur, sistematis dan massif.
Oleh karena itu, para SANTRI MILLENIAL juga
butuh pemahaman yang baik tentang LIETRASI MEDIA.
LITERASI MEDIA adalah kemampuan untuk mencerna
informasi di media (terutama media online dan sosial media seperti FaceBook,
Twitter, WhatsApp, Instagram, dll) agar tidak termakan begitu saja dengan
informasi yang dihantarkan media-media tersebut. Sebab saat ini banyak
informasi yang berkembang di media sosial bersifat tidak valid alias fitnah
atau HOAX.
LITERASI MEDIA harus terus dipupuk dan dilatih
dengan cara belajar dengan benar kepada sumber yang benar. Misalnya kalau mau
belajar agama ya harus kepada Ulama/Kiai yang jelas sanad ilmunya, alim dan
memang mumpuni. Jangan asal percaya dengan omongan orang yang mengaku
Kiai/Ulama padahal sebenarnya ilmunya masih dangkal. Sehingga harus hati-hati
bila belajar agama di YouTube atau sosial media lainnya.
Hadirin,
Para Santri dan undangan yang Kami Banggakan.
Pada kesempatan
ini, kami sampaikan hormat dan rasa terima kasih kami kepada seluruh santrI,
khususnya di Pamekasan. Karena telah menjadi bagian terpenting dalam
pembangunan dan pembelajaran penting dalam sejarah peradaban Indonesia dan
dunia.
Untuk itu, kami
mengajak kepada seluruh santri untuk terus meningkatkan peran dalam lingkungan
kita masing-masing.
Dalam
pemerintahan Pamekasan kali ini, kamu berkomitmen, salah satunya akan
menydiakan beasiswa santri, meningkatkan kesejateraan guru dan ustadz, serta
melakukan pengembangan teknhologi pengelolaan masjid.
Taka ada Gading
yang tak retak, Bumi mana yang tak kena hujan.
Tak ada persoalan
yang bisa diselesaikan sendirian, tak kenikmatan tanpa kebersamaa, dan tak
keberhasilan tanpa peran serta yang lainnya.
Kekuatan kita,
adalah Kebersamaan kita.
Mari bergandengan
tangan, Menuju Pamekasan Sejahtera berdasarkan Nilai-nilai Islam.
Jas Merah (jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah)
Jas Hijau (jangan sekali-kali menghilangkan Jasa
Ulama’)
Wallahulmuawafi
Ila Aqwamittthorieq
Wassalamu
‘Alaikum Wr. Wb.,
AYO Bergabung Bersama AJOQQ | Menawarkan Berbagai Jenis Permainan Menarik.
BalasHapus1 ID untuk 8 Permainan Poker, Domino, Capsa Susun, BandarQ, AduQ, Bandar Poker, Sakong, Bandar66 ( NEW GAME!! )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
- Bonus Cashback 0.3%. Dibagikan Setiap hari SENIN
- Bonus referral 20% SELAMANYA
- Minimal Deposit dan Withdraw hanya 15 rb Proses Aman & cepat
- 100% murni Player vs Player ( NO ROBOT )
Whatshapp : +855969190856
website : AJOQQ.INFO